Ditulis oleh: Insyirah Alifta
“Being a family means you are a part of something very wonderful. It means you will love and be loved for the rest of your life” – Lisa Weed
Apa makna keluarga bagimu?
Bagaimana perasaanmu ketika mendengar kata itu?
Wajah siapa yang pertama kali muncul di kepalamu?
Barangkali, mendengarnya membuat kamu dan aku teringat pada sosok yang sama. Barangkali juga tidak. Bisa jadi, perspektif dan perasaan kita tentang keluarga adalah serupa. Bisa jadi juga tidak. Bagaimanapun, kita bisa bersepakat bahwa keluarga adalah dari mana kita berasal. Tempat pelajaran-pelajaran pertama dalam hidup kita berada, di mana memori dan pengalaman-pengalaman awal kehidupan kita bermuara.
Di masyarakat, keluarga merupakan suatu institusi sosial budaya paling kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, kakek, nenek, dan anak-anak. Orang-orang di dalamnya menjadi terikat baik oleh hubungan kekerabatan (consanguity by recognized birth) maupun pernikahan atau hubungan lain (affinity). Secara ideal keluarga dianggap menawarkan prediktabilitas, struktur, dan rasa aman. Keluarga dipandang sebagai lingkungan pertama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, ia merupakan wahana untuk mendidik, mengasuh, memperkenalkan anak pada dunia, dan mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan sebaik-baiknya. Agaknya tidak berlebihan jika institusi keluarga disebut sebagai pondasi dan pilar penyangga eksistensi suatu bangsa.
Dengan peran sebesar ini, perhatian terhadap esensi dan hakikat keluarga amat diperlukan. Pernahkah teman tumbuh mendengar tentang siklus kehidupan keluarga? Dalam bukunya, The Expanding Family Life Cycle: Individual, Family, and Social Perspectives (2016), Carter dan McGoldrick menguraikan enam fase siklus kehidupan berkeluarga beserta proses emosi dari transisi yang dilalui dalam tiap-tiap fase.
Couple Formation : The Joining of Families
Ini adalah fase awal pernikahan. Pada fase ini, yang terjadi tidaklah terbatas pada penyatuan dua individu namun juga dua keluarga yang berbeda. Masing-masing pihak dituntut untuk berkomitmen pada sistem yang baru, sistem kehidupan suami isteri. Terjadi penyesuaian hubungan antara pasangan, orang tua, saudara, keluarga besar, kawan-kawan, dan komunitas masing-masing yang skalanya lebih besar.
Families with Young Children
Pasangan akan memasuki fase ini ketika anak pertama hadir. Pada fase kedua, pasangan yang tadinya hidup berdua kini menerima kehadiran anggota keluarga baru dalam sistem. Sistem suami isteri kini mau tidak mau juga harus memberi ruang bagi anak. Dibutuhkan kerjasama dalam pengasuhan anak serta tugas-tugas finansial rumah tangga. Terjadi penyesuaian hubungan dengan keluarga besar untuk turut serta dalam pengasuhan anak.
Families with Adolescents
Sebuah keluarga akan memasuki fase ketiga saat anak bertransisi ke masa remaja. Ini adalah fase di mana keluarga dituntut untuk meningkatkan fleksibilitas dalam menerima kemandirian anak yang beranjak remaja serta kondisi nenek dan kakek yang kian renta. Terjadi perubahan hubungan antara orang tua dan anak dalam hal kebebasan serta ruang untuk lebih fleksibel keluar masuk sistem. Pasangan suami isteri kembali berfokus pada relasi pasangan dan isu terkait karier, juga bersiap merawat generasi yang lebih tua.
Launching Children and Moving on at Midlife
Fase keempat adalah saat di mana pasangan melepas anak keluar rumah (memulai kehidupannya sendiri) dan melanjutkan hidup. Pada fase ini, keluarga bersiap menerima keragaman hal yang akan masuk dan keluar sistem keluarga. Terjadi penyesuaian relasi untuk menyambut menantu, besan, serta cucu. Pasangan kembali mengeksplorasi minat atau karier pasca membesarkan anak.
Families in Late Middle Age
Fase ini adalah masa ketika pasangan mengalami transisi dari masa paruh baya ke masa tua. Pada fase kelima masing-masing pihak belajar menerima perubahan peran generasi. Keduanya perlu memelihara atau mengubah fungsi sosial dan minat diri saat menghadapi fungsi fisik yang menurun, serta menerima peran keluarga dan sosial yang baru.
Families Nearing the End of Life
Disebut juga fase usia senja atau fase mendekati tutupnya usia. Fase terakhir ini merupakan saat untuk menerima realitas keterbatasan anggota keluarga, kematian, serta berakhirnya siklus kehidupan seseorang. Masing-masing pihak kini belajar mengatasi kematian orang-orang tersayang, mempersiapkan kematian diri serta warisan, dan menyesuaikan relasi dengan komunitas dan sistem sosial yang lebih besar.
Teman Tumbuh, berdasarkan uraian di atas, pada fase mana keluargamu kini berada? Dan bila diingat-ingat lagi, sebesar apa andil keluarga atas dirimu saat ini? Mari kita bicarakan hal itu dalam tulisan setelah ini. Sampai bertemu di sana!