
Teman Tumbuh, menurutmu seberapa baik kemampuanmu dalam mengenali emosi orang lain?Apakah sama baiknya dengan kemampuanmu mengenali emosimu sendiri?
Menurutmu, faktor apa saja yang bisa menunjang kemampuan individu dalam mengenali emosi orang-orang di sekitarnya? Apakah keluarga terutama orang tua juga berperan dalam perkembangan kemampuan ini?
Dalam Infant and Child Development Journal yang terbit pada tahun 2015, terdapat jurnal berjudul Parents’ Emotion-Related Beliefs, Behaviours, and Skills Predict Children’s Recognition of Emotion. Penelitian ini membahas tentang bagaimana keyakinan terkait emosi, perilaku sosialisasi emosi oleh orang tua, dan kemampuan orang tua mengenali emosi memprediksi kemampuan anak mengenali emosi.
Berbagai penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa anak yang mampu mengenali emosi orang lain seringkali sukses dalam berbagai domain sosio-emosional. Kemampuan anak memahami emosi diasosiasikan dengan rendahnya kecenderungan gangguan emosi dan perilaku, optimalnya kemampuan kooperasi, asersi, dan kontrol diri anak, kompetensi sosial yang mumpuni, serta kecenderungan perilaku prososial yang lebih tinggi. Lebih jauh lagi nih, akurasi dalam mengenali emosi diasosiasikan dengan kecenderungan individu untuk disukai teman sebayanya, perilaku agresi yang rendah di sekolah, bahkan diasosiasikan juga dengan kesuksesan individu mengenyam pendidikan. Meski begitu, belum banyak yang diketahui tentang bagaimana kemampuan ini bisa berkembang, terutama pada anak usia sekolah dan dalam konteks keluarga.
Nah, dalam jurnal ini tim peneliti mengajukan kerangka model sosialisasi yang memuat tiga domain kontribusi orang tua bagi perkembangan kemampuan anak mengenali emosi. Yang diukur kemudian adalah derajat hubungan ketiga domain ini dengan kemampuan anak mengenali emosi dalam konteks keluarga, terutama dalam hubungan antara orang tua dan anak. Adapun tiga domain tersebut antara lain :
Keyakinan orang tua terkait emosi
Dalam domain ini, peneliti mengukur bagaimana orang tua memandang emosi itu sendiri (apakah berharga atau berbahaya) serta apakah orang tua merasa bertanggung jawab memberi bimbingan terkait emosi pada anak.
Perilaku sosialisasi emosi orang tua
Selain keyakinan orang tua tentang emosi, pengakuan aktif orang tua dan instruksi yang diberikan mengenai emosi anak juga dapat memprediksi perkembangan anak mengenali emosi. Dua jenis perilaku dalam domain ini yaitu pelabelan dan pengajaran. Pelabelan didefinisikan terjadi ketika orang tua secara eksplisit mengidentifikasi apa yang anak itu rasakan atau bagaimana perasaan orang lain. Sementara pengajaran diartikan terjadi ketika orang tua secara eksplisit menunjukkan sebab dan akibat dari pengalaman emosional.
Kemampuan orang tua dalam mengenali emosi
Korelasi pasif antara gen dan lingkungan menunjukkan bahwa kemampuan pengenalan emosi orang tua berkontribusi pada iklim afektif keluarga, sehingga mempengaruhi konteks di mana anak-anak mengembangkan keterampilan pengenalan emosi. Selain itu, beberapa penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa keterampilan emosi orang tua memiliki pengaruh terhadap keterampilan emosi anak.
Dalam penelitian ini, enam puluh sembilan pasang anak (8-11 tahun) dan orang tua (28-53 tahun) dari berbagai ras dan etnis yang diambil datanya. Keyakinan orang tua terkait emosi diukur dengan self-report questionnaire. Sementara domain perilaku sosialisasi emosi orang tua diukur dengan mengobservasi interaksi antara orang tua dan anak selama memainkan board game yang didesain khusus untuk menggugah pembicaraan terkait emosi. Setelahnya, kemampuan orang tua dan anak mengenali emosi satu sama lain diukur menggunakan in vivo interaction task di mana keduanya diharuskan berdiskusi dalam memecahkan persoalan-persoalan yang diberikan. Adapun untuk mengontrol potensi baurnya kemampuan memberi dan menerima selama interaksi orang tua dan anak, peneliti turut mengukur kejelasan ekspresi kedua pihak yang dilakukan oleh naïve coders.
Nah, bahkan setelah mengontrol kejelasan ekspresi (expressive clarity) orang tua dan anak tadi, diperoleh hasil analisis regresi yang mengindikasikan bahwa kepercayaan terkait emosi, perilaku sosialisasi, dan kemampuan orang tua mengenali emosi memprediksi kemampuan anak mengenali emosi sebesar 37%, lho. Domain perilaku sosialisasi emosi oleh orang tua serta kemampuan orang tua mengenali emosi berkorelasi positif kemampuan anak mengenali emosi. Dalam model regresi yang mencakup ketiga domain tadi, keyakinan orang tua tentang pentingnya bimbingan emosi dan kemampuan orang tua mengenali emosi memiliki efek yang siginifikan. Secara garis besar, temuan ini menunjukkan pentingnya lingkungan keluarga dalam perkembangan keterampilan pengenalan emosi pada anak.
Dari penelitian ini ada setidaknya tiga hal utama yang bisa kita ambil. Pertama, adalah penting bagi orang tua untuk memandang emosi sebagai sesuatu yang bermakna dan berharga alih-alih berbahaya. Selain itu, pengajaran dan pelabelan emosi oleh orang tua tidak hanya mampu menunjang kemampuan anak mengenali emosi namun juga menyokong perkembangan emosi anak terutama di usia anak menengah. Dan terakhir, kemampuan orang tua dalam mengenali emosi ternyata memiliki korelasi dengan kemampuan anak mengenali emosi sehingga saat terjadi masalah pada kemampuan anak, intervensi mungkin bisa dilakukan tidak hanya dalam level individu namun juga keluarga.
Wah, informatif sekali kan? Bagi teman tumbuh yang masih penasaran dengan jurnal lengkapnya silakan mengunduh lampiran file berikut, ya! Hm… sekarang coba tebak minggu depan kita akan bahas apa?
Sumber
Castro, V. L., Halberstadt, A. G., Lozada, F. T., & Craig, A. B. (2014). Parents’ Emotion-Related Beliefs, Behaviours, and Skills Predict Children’s Recognition of Emotion. Infant and Child Development, 24(1), 1–22. https://doi.org/10.1002/icd.1868